Tuesday 13 October 2015

Ta'aruf - Dalam Proses Mengenal dan Memaklumi Satu sama Lain

Aa: Ulun terima kekurangan pian. Pian pang (ke ulun)?
Dd: Inggih, ulun terima jua kekurangan pian.
----
Manusia remaja maupun dewasa, tentu tidak langsung remaja/dewasa sejadinya, melainkan berjalan seiring proses pertumbuhan. Dari janin, bayi, balita, anak kecil, remaja, dewasa, tua, hingga [manula] yang lebih halus menggunakan kata 'lansia' (lanjut usia).
----
Dalam proses perjalanan hidupnya, pribadi masing-masing lah yang tau hal-hal apa saja yang telah pernah terjadi.
Dan seperti lumrahnya fitnah akhir zaman sekarang ini, kegiatan yang terlarang bagi yang belum muhrim, berjalan berduaan atau bersosial dengan yang disebut dan sekaligus dibanggakan, p-a-c-a-r, dianggap wajar, lumrah, sah-sah, halal.
Astaghfirullah....
Kita tidak bisa pula menyalahkan, lantaran seseorang itu berlatar belakang pendidikan agama, atau alumni dari negeri seberang yang diakui dunia keilmuannya, atau anak dari seorang tokoh agama.
Wallahu A'lam, hati manusia memiliki celah, dan iman itu bisa turun-naik, ya.
Dan sudah banyak dalil yang mengingatkan bahwa manusia itu tidak ada yang maksum (bebas dari berbuat dosa).
Bahkan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pernah dibedah isi dalam dadanya untuk disucikan sebelum nantinya bisa menerima wahyu dari Rabb-nya.
Wallahu A'lam....
----
Sebelum akad menjadi ikatan yang sakral, sebaiknya saling terbuka akan kekurangan masing-masing, karena hakikatnya kehidupan berpasangan adalah untuk saling menutupi kekurangan.
Bukan saling menyempurnakan dan menunggu sempurna, menunggu sampai kapan? Atau bukan pula membiarkan hingga memanjakan kekurangan sepihak sehingga memberatkan pihak lainnya, bukan!
Alangkah baiknya kiranya masing-masing saling terbuka untuk saling mengenal. Bukan dengan saling berpacaran berbulan-bulan hingga bertahun-tahun untuk saling mengenal, bukan, ya.
----
Dan untuk masa lalu yang menjadi objek tersakiti.
Mohon maaf. Maaf..., sangat sangat maaf....
Bagi yang ikhlas, terima kasih banyak banyak.
Bagi yang belum ikhlas, mohon maaf.
Jika kah sudah dirembukkan baik-baik oleh kedua belah pihak, oleh orang tua/wali masing-masing, kiranya mau untuk mengalah jika memang tidak ada kejelasan.
Musyawarah adanya untuk memutuskan perkara, musyawarah bersama para tetua, bukan dari sepihak antara si anak dan si anak saja, namun juga melibatkan walinya, karena akal si anak bisa kalap/khilaf disebabkan bisikan Syaitan hingga bersarang di dalam dada.
Adapun jika ada kejelasan, maka tidak akan terjadi kesalahpahaman yang berlarut-larut.
Bismillahi tawakkaltu ‘alallah laa hawla wa laa quwwata illa billah (Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-Nya).

No comments: