Tuesday 13 October 2015

Mempelajari Hukum Kestabilan Sebab-Akibat

Mempelajari Hukum Kestabilan Sebab-Akibat (Bagian - 1)
Berbeda-beda bagi setiap pribadi dalam menggolongkan sesuatu hal ke dalam perbendaharaannya.
Dalam hal ini, penulis lebih cenderung menggolongkan poin-poin yang akan dibahas sebagai hukum [kestabilan] sebab-akibat, bukan hukum karma. (Tidak perlu dijelaskan, yang mengerti akan mengetahui maksudnya)
----
1. Kehidupan - Kematian
Alangkah baiknya demi kemudahan mencerna bahasan ini dimulai dengan poin yang sudah dianggap biasa dan memang kita tak bisa menghindar dari poin ini, yakni kehidupan dan kematian.
Dalam teori kestabilan atau keseimbangan, akan dikatakan stabil jika dari 2 titik, titik berat (misalnya), pada 1 titik dan 1 titik lainnya menunjukkan nilai yang sama, bisa 0-0; 1-1; 2-2, dan seterusnya....
----
Sedang dalam hal lain, contohnya kehidupan di alam dunia, Bumi, akan dikatakan stabil jika terjadi kehidupan (kelahiran) serta terjadi pula kematian.
Bayangkan jika kehidupan beberapa ribu tahun silam, tahun sebelum Masehi, manusianya masih hidup hingga sekarang, kelahiran terus terjadi sedangkan kematian tidak ada, mungkin bahkan samudera akan penuh dengan manusia (karena daratan sudah sangat penuh).
----
2. Puja/Pujian - Caci/Hinaan
Bukan berarti saat seseorang menghina seseorang maka ia akan dihina pula, dan saat seorang memuji akan dipuji pula. Boleh jadi ia atau si korban mati lebih dulu, sehingga hilang sudah hukum balas-membalas tadi.
Dalam hal ini, seorang atau sesuatu yang memiliki kemungkinan untuk dipuji, juga akan serta memiliki kemungkinan untuk dicaci.
Hal tersebut bahkan bukan hanya terjadi bagi benda yang nampak secara fisik, melainkan Dzat Rabb pun ada saja yang menghujat. Itulah salah satu kehebatan logika manusia, yang mana si pelaku hanya beriman kepada yang nampak, dan yang tak nampak dianggap tidak ada.
Na'udzubillah min dzalik....

Mempelajari Hukum Kestabilan Sebab-Akibat (Bagian - 2)
3. Tingginya Derajat/Martabat - Rendahnya Derajat/Martabat
Seorang yang lantaran merasa memiliki derajat/martabat yang tinggi, sehingga ia sadar atau tanpa sadar pernah membuat luka hati orang yang dianggapnya lebih rendah darinya, boleh jadi akan merasakan perendahan serupa. Jika tidak dirinya sendiri, bisa melalui anaknya atau sanak keluarga terdekat (sangat dekat) sehingga ia pun akan merasa rendah pula karenanya.
----
4. Pendidikan/Pengetahuan Tinggi - Pendidikan/Pengetahuan Rendah
Sama halnya dengan derajat/martabat, lantaran merasa memiliki pendidikan yang tinggi, sehingga sengaja atau tidak telah membuat yang kurang beruntung darinya (dari segi pendidikan) merasa minder, rendah diri. Maka boleh jadi suatu hari keturunannya tidak lebih baik darinya.
Segala hal tersebut adalah hukum kesabilan sebab-akibat.
----
Anas ia berkata, "Al Adhba (nama unta Rasulullah) tidak pernah terkalahkan saat lari. Lalu datanglah seorang Arab Baduai dengan hewan tunggangannya.
Unta Nabi dapat mengalahkan unta Arab Badui itu, namun kemudian unta Arab Badui itu ganti mengalahkannya.
Sehingga hal tersebut menjadikan hati para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam merasa tidak nyaman, beliau lalu bersabda: "Sudah menjadi hak bagi Allah, bahwasanya tidaklah Ia meninggikan sesuatu di dunia ini kecuali Ia akan merendahkannya kembali."
----
Bersabarlah! Ketetapan telah kering dalam tulisan. Bukan salah orang terdahulu dari orang yang berjasa menghadirkan kita kedunia. Hal ini demi kestabilan sebab-akibat.
Sedikit bekal kutipan, "Aku tidak pedulikan atas keadaan susah atau senangku, karena aku tidak tahu manakah diantara keduanya yang lebih baik untukku".
Wallahu A'lam....
----
Freelance writter, public servant, thinker-teacher-dreamer
Want to make a donation?
BCA: 8600432053
BRI: 4542-01-018801-53-3
Mandiri: 159-00-0068323-4
Name: Riyan Hidayat Samosir

No comments: