Saturday 31 October 2015

Telpon sebagai Pelepas Rindu

Tau saja operator akan keinginan pelanggannya.
Kemarin sampai 29 Oktober 2015 katanya Telkomsel, sekarang diperpanjang:
----6
HANYA Rp. 1.000 dpt PAKET NELPON MURAH total 60 menit seharian ke sesama Tsel, ketik NELPONOK kirim ke 5115 . Cek bonus *889#. Promo sd 01 Nov 15. SKB.
----5
Saat dua insan berjauhan jarak, baik itu sangat jauh terpisahkan pulau dan samudra, maupun terpisahkan beberapa kilo meter saja, sedang hati mereka saling memerlukan, disana komunikasi suara sebagai pengobat batinnya.
----4
Jika mereka adalah dua insan yang belum memiliki ikatan resmi, alangkah baiknya segera memperbaiki niat dan rencanakan percepatan pernikahannya.
Karena ikatan pacaran bukanlah ikatan yang kuat, dikarenakan saat seorang lainnya datang melamarnya dengan niat untuk taat kepada Rabb, dan tentu wanita baik-baik akan memilih taat (dan menerima) ketimbang berlama-lama dalam maksiat. Terlepas dari seberapa banyak nilai 'plus-plus' yang dimiliki pejuang baru dibanding pejuang lama.
Kecuali ia seorang wanita yang terbutakan oleh logika Professornya Syaitan, sudah merasa nyaman dan sangat menikmati keadaannya; status 'kabur'nya; berpacaran, dengan dalil "Sudah terlanjur sayang. Aku kan tipe yang setia".
Naudzubillah min dzalik....
Jangan kau menangkan keinginan logikamu atas suratan yang direncanakan Rabbmu atas do'a-do'a malam (atau siang)mu dalam tangismu dan penuh harapmu.
Logika kita bisa saja tersusupi oleh Syaitan, sedangkan suratan Rabb tak pernah bisa kita logikakan bagaimana cara kerjanya. Tak akan pernah, terlebih saat hati kita terpaut akan dunia.
----3
Selain dari itu, berlama-lama dalam ikatan yang 'rapuh' itu hanya akan membuat kedua atau salah satunya menjadi merasa seakan ia adalah objek terzdolimi.
Membuat susah 'move on', lebih-lebih bagi pihak yang sudah memberikan banyak hal, baik itu materi; waktu; pikiran; perasaan.
----2
Enak 'banget' ya yang jadi pihak yang taunya 'terima' saja tanpa ada 'terima-kasih'. Karena hanya dia yang nerima, padahal pihak yang lainnya memberi banyak hal, materi; waktu; perasaan bahkan pikiran, sedangkan dia hanya nerima, palingan dengan sedikit mengasih atau berkorban perhatian saja.
Aduh-aduh, saat pacaran saja sudah tak modal, padahal pacaran juga salah satu penyebab rezeki 'mampet', wallahu A'lam, bagaimana bisa untuk segera meminangmu menjadi pasanganmu?
Nunggu hujan rezeki jatuh dari langit, atau nunggu durian runtuh menimpanya?
Nunggunya berapa lama lagi? Sedangkan tabungan kemaksiatan terus diisi.
----1
Luruskan niatmu ikhwah fillah yang mendambakan hal yang didamba setiap insan dewasa, yang sudah mengerti apa itu cinta; kasih; sayang.
Usahakan yang mampu kita usahakan, sedekah; taat (ibadah); do'a dan lainnya yang dilakukan mereka seniormu.
Mudah-mudahan Rabb memberikan waktu-Nya untuk berfokus pada hajatanmu.
----
31 Oktober 2015 - RHS
Freelance writter, public servant, thinker-teacher-dreamer
Want to make a donation?
BCA: 8600432053
BRI: 4542-01-018801-53-3
Mandiri: 159-00-0068323-4
Name: Riyan Hidayat Samosir

Friday 30 October 2015

Kita Tau Kemampuan Kita, sedang Rabb lebih Berkah atas Diri Kita

Kita Mengetahui Kemampuan Kita, Sedang Rabb Lebih Berhak Atas Diri Kita

Mungkin tadinya menjadi penghalang menikahnya orang berpasangan/berpacaran adalah karena hunian yang belum dipunyai; atau perkerjaan yang belum dipunyai atau sudah punya namun belum mumpuni; atau ada pihak yang belum siap lantaran karir/study lebih utama sembari menunggu sambil pacaran saja dulu.
Tapi ingat, jangan sampai karena gengsi, ya.
Jangan karena belum punya harta berlimpah; kendaraan mewah; hunian real estate, maka rasanya gengsiiii sekali untuk melangsungkan penyempurnaan separuh dien-nya yang sakral itu, menikah.
----
Rabb Maha Mengetahui, kemampuan kita boleh terbatas, tapi Kemurahan Rabb tidak terbatas. Bahkan saat kita ingkar dari taat kepada Rabb, Rabb tetap memberi kesempatan bagi kita untuk bertaubat pada-Nya, betapa Maha Pemurahnya Dia, kan?
----
Luruskan niatmu, luruskan usahamu, meminta pada-Nya, berunding dengan orang terdekat kita untuk kiranya bisa sama-sama ditemukan jalan termudahnya.
Apa yang kita takutkan tak semestinya menjadi ketakutan yang nyata.
Malaikat-Nya bisa berwujud manusia sebagai perantara yang dapat mempermudah usaha pencapaian kita.
Seperti cheat-code dalam sebuah game.
----
Jika Rabb sudah merestui, segala yang tak mungkin bisa menjadi mungkin.
Hunian, yang memang menjadi tanggung jawab lelaki, tidak menutup kemungkinan justru menjadi hadiah yang bisa didapat secara cuma-cuma, entah dari pihak lelaki atau pihak perempuan. Dan bahkan bisa saja dari pihak luar.
Begitu pula pekerjaan; kendaraan dan lainnya, tentu tidak serta merta mendapat semua, karena ini adalah alam dunia, dimana insan akan diuji. Bukan alam Surga dimana insan bisa meminta sekehendak hati.
----
Atau jika boleh bercanda dengan Rabb, jika kita bersyukur, maka Rabb bisa saja menambahkan limpahan rahmat dan karunia-Nya pada hamba tersebut.
Saat suami bersyukur dengan istri yang ada, Rabb lunakkan hatinya (istri) dan memberi pemahaman padanya (istri) akan kebolehan berta'adud bagi suaminya.
Ah abaikan saja. Candaan yang tidak lucu.
Kita hanya umat akhir zaman, sangat jauh dari masa Nabi, yang bahkan istri Nabi saja bisa merasa cemburu. Padahal beliau seorang yang sempurna, apa lah kita ini, sangat jauh dari beliau Rasulullah.
----
Kita memang mengetahui kemampuan kita, yang misalnya kita rajin berolahraga, maka bisa saja kita dengan takabur mengira tidak bisa sakit.
Misalnya memiliki kumpulan kitab pengetahuan bergudang layaknya perpustakaan, mengira tidak bisa lupa.
Memang kita mengetahui kemampuan kita, tapi jika Rabb menghendaki, semua titipan tersebut akan Dia ambil kembali.
Kesehatan ditukar dengan pesakitan.
Pengetahuan ditukar dengan lupa atau gila.
Dan untuk jiwa/roh, pun akan Dia ambil kembali.
----
Bagaimana mungkin kita bisa berleha-leha mengabaikan sisa masa hidup kita bersama orang/pasangan yang padahal Rabb tak meridhai? Pacar.
Padahal Rabb meridhai yang lainnya (pernikahan), yang karenanya setara dengan separoh agama (dien).
Serahkan langkah pilihanmu pada Rabb.
Matikan logikamu ketika kau menyerah pada Rabb.
Rabb lebih berkuasa atas diri kita. Sedang kita sering lalai pada-Nya.
Dan mati, adalah kewajiban yang suatu hari pasti kita temui, yang tiada lah kuasa kita atas jasad ini lagi.
----
Noted @ 23 Oktober 2015 - RHS
Freelance writter, public servant, thinker-teacher-dreamer
Want to make a donation?
BCA: 8600432053
BRI: 4542-01-018801-53-3
Mandiri: 159-00-0068323-4
Name: Riyan Hidayat Samosir

Pernikahan - BAB Suami: Suami yang Penurut

Pernikahan - BAB Suami: Suami yang Penurut
Seperti kebanyakan yang tercatatkan peristiwanya, ketaatan istri terhadap suami adalah ketaatan yang dihukumi setelah ketaatan pada Rabb.
Jadi, jikalah istri disuruh taat, maka derajatnya setelah kewajiban taat pada Rabb-nya, adalah taat pada suaminya.
Jika suami tidak ridha atas suatu hal, maka berdosa bagi istri melakukan hal tersebut.
Seperti halnya larangan Rabb yang dilanggar, maka berdosa bagi si pelanggar.
Dan berlaku kebalikan, yakni jika ditaati, maka pahala atasnya.
----
Sebagai penghargaan suami kepada istri, yang telah berkenan hati menerimanya dari sekian banyak 'penantang' lainnya, misalnya.
Atau sebagai penghargaan atas bersedianya menjadi penenyenang (penyejuk) hati, dan karena telah ikhlas dalam mengandung anaknya dan menjaga harta dan rahasia (kekurangan/keburukan)nya.
Maka sebagai tanda terima kasih tersebut, menuruti segala kehendak hati istri adalah bentuk rasa syukurnya. Dengan catatan, selama apa yang dikehendaki tersebut bukanlah hal yang membawa banyak mudharat.
Dan mungkin saja si suami memiliki prinsip, "Selama aku masih diberi kecukupan atas pemenuhan keinginannya, kenapa tidak. Karena, bisa saja akan ada masa sempit dimana aku tak bisa berbuat banyak untuknya. Dan Rabb lebih mengetahui hal tersebut".
----
Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa. (Al-Furqan - 25:74)
----
Kendati (meskipun) demikian, jika Rabb memberikan cobaan-Nya, ikhlaskan apa yang telah diberikan dimasa lalu.
Karena menurut daya pikir akal manusia, adalah hal yang sungguh-sungguh sulit mengikhlaskan apa yang telah diberi, bahkan sang Ibu bisa saja mengutuk anaknya karenanya, dalam legenda Malin Kundang misalnya. Karena, pemberian Ibu sungguh-sungguh banyak tak terhingga yang bahkan kita tak akan bisa membalasnya seumur hidup kita.
Semoga hati kita dimudahkan dalam keikhlasan di masa lalu. Ikhlas pada perangai istri yang kadang sempat membuat terluka, pun kita yang cenderung lebih banyak berpeluang membuat hati rapuh lagi penyayangnya (istri) luka.
Ikhlas karena Rabb, karena segala sesuatu bahkan nyawa yang menghidupkan raga mati ini (jasad) pun akan kembali pada Rabb.
Ikhlas dalam ibadah, hidup dan mati karena Rabb.
Aamiin....
----
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (At-Tagabun - 64:14)
----
Mencari dan mengharap Wajah-Mu dalam pernikahan
----
26 Oktober 2015 - RHS
Freelance writter, public servant, thinker-teacher-dreamer
Want to make a donation?
BCA: 8600432053
BRI: 4542-01-018801-53-3
Mandiri: 159-00-0068323-4
Name: Riyan Hidayat Samosir

Pernikahan - BAB Istri: Cantik namun Tak Cantik

Pernikahan - BAB Istri: Cantik namun Tak Cantik
Betapa beruntung suami mendapat istri yang cantik, selain apa yang dapat terlihat dari mata kepalanya, pula cantiknya pada perangai/akhlaknya. Menyejukkan mata dan hatinya.
Saat suami sedang dalam keadaan lapang ia bersyukur, saat suami dalam keadaan sempit ia bersabar.
Meskipun selalu ada saja yang kurang darinya (karena sifatnya seperti tulang rusuk yang bengkok), karena tak ada insan yang sempurna, setidaknya ia lebih banyak membawa manfaat ketimbang mudharat (pada suaminya).
Suami mana yang rela melepasnya?
----
Namun di zaman yang serba hampir kembali ke masa jahilayah ini, yang memang secara teknologi sungguh sangatlah maju (canggih), tetapi kejahiliyahan (kebodohan) masih menjajah dan berkuasa pada beberapa (yang penulis belum bisa membuat perbandingan prosentasenya) insan yang lemah perangai dan akalnya, wanita.
Saat ia diberi modal dengan paras menawan, ia jadikan umpan yang karenanya ia bisa mendapat kepuasan dari pemanfaatan pada si korban.
Pun si korban yang keburu termakan candu cinta tidak bisa melepaskan candu tersebut dengan mudahnya.
Perangkap Syaitan sangat berbahaya!
----
Seperti halnya dalam memilih untuk membeli pakaian, kita boleh melihat dan mengamati bahan dan kualitasnya.
Seperti halnya memilih untuk menikah, kita boleh lah terlebih dahulu mengetahui latar belakang keluarganya. Jangan lah tergesa lantaran sudah terlanjur termakan candu cinta, maka kita memilihnya, sudah mantap hati dalam memilihnya. Jangan!
----
Korban 'candu cinta' memilih dengan akal semata. Pembenaran dijadikan pedoman.
Sedangkan yang menjaga diri dalam taatnya memilih dengan berserah atas pilihan Rabb-nya. Keridhoan Rabb dan orang tua sebagai pedoman.
----
Berapa banyak sudah di zaman sekarang wanita yang berhijab hanya sebatas mengikuti trend/mode saja? Yang padahal perangainya na'udzubillah.....
Karena kita tidak tau latar belakang kehidupannya, latar belakang perjalanan cintanya, latar belakang cara berpikir dan pedoman/prinsip hidupnya.
----
Seberapa pun suami adalah seorang terpandang-terhormat dan mengadakan upacara resepsi lebih dari 2 kali, hunian dan harta benda berlimpah-ruah, tidak lah menjadi jaminan atas kebahagiaanya (suami), jika cantiknya istri namun ternyata tak cantik.
Mata kepala boleh saja melihatnya cantik dan menyejukkan mata, namun saat hati tak jua ikut tersejuki karenanya, perpisahan bisa menjadi pilihan terakhirnya.
Maukah kita menjadi istri yang cantik namun tak cantik ini? Yang tak mensyukuri dan bersikap dewasa dalam pemberian rezeki dari suami dan cobaan hidupnya.
Karena saat hati kita condong pada dunia, pernikahan yang berlandaskan pada nafsu semata, tak akan ada habisnya untuk menemukan yang sempurna, lantaran nafsu terus selalu menuntut lebih dan tak pernah puas.
----
Semoga kita terhindar dari niat yang didorong oleh nafsu dunia semata, yang akal dan logika saling membantu mencari pembenaran.
Sepantasnya kita menyerahkan akal dan logika atas takdir yang Rabb kehendaki pada hidup kita, karena kuasa Rabb semesta alam tak dapat untuk kita nalar dengan akal dan logika kita.
----
26 Oktober 2015 - RHS
Freelance writter, public servant, thinker-teacher-dreamer
Want to make a donation?
BCA: 8600432053
BRI: 4542-01-018801-53-3
Mandiri: 159-00-0068323-4
Name: Riyan Hidayat Samosir

Zaman Siti Nurbaya masih Berlaku Hingga Sekarang, untuk Menikah

Zaman sekarang bukan zaman Siti Nurbaya
Zaman sekarang sudah zaman teknologi informasi dan komunikasi
Sudah tidak zaman perkenalan mu pada si Fulan/Fulanah masih membawa-bawa orang tua
Lebih agresif dong, chit-chat, gombal rayuin, main-main dulu dong dengan PDKT, jalan bareng, cicipi dulu lah
----
Ah, tidak, terima kasih
Karena yang dicari adalah untuk yang serius, bukan untuk yang main-main
Dan insyaa Allah mudah-mudahan dengan izin Rabb dan kemurahan hamba-hamba-Nya jua, diri segera menggenapkan separo dien, di bulan November Hujan (November Rain)
Kado tanggal kelahirannya, dan kado bulan kelahiran diri ini
Wahai Rabb kami, tiada satu pun nikmat-Mu yang kami dustakan, bagi-Mu segala puji
----
Ketika seorang dengan latar belakang teknologi informasi dan komunikasi memilih cara klasik
----
10 Oktober 2015 - RHS
Freelance writter, public servant, thinker-teacher-dreamer
Want to make a donation?
BCA: 8600432053
BRI: 4542-01-018801-53-3
Mandiri: 159-00-0068323-4
Name: Riyan Hidayat Samosir

Resiko Pacaran ketimbang Tunangan

Resiko Pacaran ketimbang Tunangan.
Untuk engkau anak muda, adik-adik yang dan atau anak-anak yang kakak sayangi.
Kesenangan itu ada banyak cara untuk mendapatkannya.
Tidak lah selalu jinet/somat ('obat' [racun] yang ngetrend saat ini) yang bisa membuat mu senang, meski sesaat membuat mu 'nge-fly', terbang bebas tanpa beban.
Tidak lah selalu pacaran yang bisa membuat mu senang, meski sangkaan mu sebagian banyak kesenangan didapat daripadanya.
----
Hal yang dengan seketika membuat mu mendapat kesenangan, boleh lah kamu bersiap pula akan seketika hilang kesenangan itu.
Obat-obatan terlarang [racun] yang mengotori saraf di otak mu, menjadikan mu budak atas nafsu dunia, Surga dunia.
Kekasih yang belum halal yang dengannya engkau berbangga dan merasa diri mu 'laku' karenanya, padahal tiada lah ridho Rabb dengan kelakuan mu itu.
Bayangkan, jika anak atau adik perempuan mu dititipkan kepada yang belum tau entah jodohnya atau tidak.
Bahkan yang sedang dalam masa pinangan saja bisa belum berjodoh, apa lagi yang masih pacaran.
Apa lagi yang sambil sekolah, atau karir, nunggu sukses dulu baru nikah, selama nunggu, maka pacaran dulu.
----
Hei...!!!! Dimana perasaan mu?
Otak mu digunakan untuk apa kok mikirnya begitu?
Saat kau mengikat dengan ikatan yang tak halal, pacaran, yang sudah dengan jelas Rabb melarang dalam firman-Nya, " ﻭَﻻَ ﺗَﻘْﺮَﺑُﻮا۟ ٱﻟﺰِّﻧَﻰٰٓ ۖ ﺇِﻧَّﻪُۥ ﻛَﺎﻥَ ﻓَٰﺤِﺸَﺔً ﻭَﺳَﺎٓءَ ﺳَﺒِﻴﻼً

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (Al-Isra' - 17:32)".
----
Bagaimana mungkin kau mengganggap tindakan mu benar sedangkan itu dilarang oleh Rabb mu?
Apakah bagi mu pacaran dengan yang bukan mahram mu itu tidak sama dengan 'mendekati zina'?
Dan apakah kau bisa menjamin bahwa kau tidak akan sampai melakukan zina karena kegiatan pacaran yang sedang menjadi aktifitas mu itu?
Sebenarnya Tuhan mu siapa?
Kitab mu apa?
Kau patuh pada siapa?
Patuh pada nafsu atas bisikan Syaitan, atau patuh pada Rabb?
Rabb menyuruh mu sabar-puasa-sholat,  sedang Syaitan menyuruh mu menuruti segala yang menyenangkan, menuruti nafsu dunia.
----
Berbahagialah yang telah berani meminang/khitbah, karena haram bagi saudara seimannya untuk menimpa pinangan seorang yang telah dipinang.
Sedang yang masih pacaran, CELAKA LAH! Jangan pernah kau melarang-larang pacar mu untuk memilih seorang 'pejuang' lain yang berniat baik untuk menikahinya dengan meminangnya.
Jika niat mu karena Rabb, pinang dia, nikahi dia, jangan biarkan berlarut-larut membiarkan dia menunggu dan kau pun sebenarnya juga menunggu (bersenang-senang dengannya), yang bisa saja selama masa menunggu maka kau dikalahkan Syaitan sehingga kau tak beda dengan binatang yang tak berakal dalam menjalin hubungan yang padahal belum halal.
----
28 Oktober 2015 - RHS
Freelance writter, public servant, thinker-teacher-dreamer
Want to make a donation?
BCA: 8600432053
BRI: 4542-01-018801-53-3
Mandiri: 159-00-0068323-4
Name: Riyan Hidayat Samosir

Wednesday 14 October 2015

Malaikat - Peri - Bidadari

Malaikat - Peri - Bidadari
Peri, diciptakan dari apa sih?
Seperti sebelumnya tentang Dino; Alien; Homo Sapiens/Erektus, Peri pun bagian dari fantasi mereka, si pembuat (teori) konspirasi.
Ada peri gigi lah, kurcaci, peri di Peterpan. Konon jika percaya akan keberadaan peri, maka ia akan bisa besahabat dengan si peri. Semacam pencucian otak agar si anak mengimani adanya peri, yang padahal di dalam dien kita tak ada istilah peri, dari riwayat mana, coba?
----
Peri ada dari sangkaan mereka saja, bahwa peri adalah anaknya tuhan. Maha Suci Allah dari yang mereka sangkakan. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan.
----
Lalu malaikat, apa jenis kelamin malaikat?
Pertanyaan yang jenius. Namun perkara ghaib tak semestinya terlalu jauh untuk diketahui. Selayaknya mata kita dalam melihat, tak nampak apa yang ada di balik tembok. Itu karena hijab (pembatas) sebagai makhluk dunia. Nanti kalau sudah kembali ke asalnya, tiada lagi hijab yang menutupi.

Sedikit saja untuk sekedar melepas rasa penasaran, masih ingat kah pada kaum Nabi Luth di negeri/kota Sodom?
Jenis kelamin malaikat adalah berupa lelaki perparas sangat indah, sehingga kaum Nabi Luth teringin pada mereka, sedang Nabi Luth sudah menawarkan anak perempuannya namun diabaikan.
----
Adapun bidadari, sudah sangat terlalu jauh, bisa gila jika bertanya sejauh ini. Otak kita bisa mengalami Self Destructive dan kehilangan kendali, karena daya berpikir kita pun masih terhalang hijab dunia.
Sesungguhnya di dalam Syurga itu terdapat bidadari-bidadari. Namanya ‘Aina’, ia diciptakan dari empat unsur, iaitu misik, kafur, anbar dan za’faran. Semua bidadari-bidadari itu sangat merindukan suami-suami mereka. Andai sekali saja bidadari-bidadari itu meludah di dunia maka tawarlah lautan tersebut lantaran ludahnya.
Bidadari tercipta dengan secara langsung.
Wallahu A'lam.

----
ﺃَﻓَﺄَﺻْﻔَﻰٰﻛُﻢْ ﺭَﺑُّﻜُﻢ ﺑِﭑﻟْﺒَﻨِﻴﻦَ ﻭَٱﺗَّﺨَﺬَ ﻣِﻦَ ٱﻟْﻤَﻠَٰٓﺌِﻜَﺔِ ﺇِﻧَٰﺜًﺎ ۚ ﺇِﻧَّﻜُﻢْ ﻟَﺘَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ﻗَﻮْﻻً ﻋَﻆِﻴﻤًﺎ

Maka apakah patut Tuhan memilihkan bagimu anak-anak laki-laki sedang Dia sendiri mengambil anak-anak perempuan di antara para malaikat? Sesungguhnya kamu benar-benar mengucapkan kata-kata yang besar (dosanya). (Al-Isra' - 17:40)
----
ﻭَﺟَﺎٓءَﻩُۥ ﻗَﻮْﻣُﻪُۥ ﻳُﻬْﺮَﻋُﻮﻥَ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻭَﻣِﻦ ﻗَﺒْﻞُ ﻛَﺎﻧُﻮا۟ ﻳَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ ٱﻟﺴَّﻴِّـَٔﺎﺕِ ۚ ﻗَﺎﻝَ ﻳَٰﻘَﻮْﻡِ ﻫَٰٓﺆُﻻَٓءِ ﺑَﻨَﺎﺗِﻰ ﻫُﻦَّ ﺃَﻃْﻬَﺮُ ﻟَﻜُﻢْ ۖ ﻓَﭑﺗَّﻘُﻮا۟ ٱﻟﻠَّﻪَ ﻭَﻻَ ﺗُﺨْﺰُﻭﻥِ ﻓِﻰ ﺿَﻴْﻔِﻰٓ ۖ ﺃَﻟَﻴْﺲَ ﻣِﻨﻜُﻢْ ﺭَﺟُﻞٌ ﺭَّﺷِﻴﺪٌ

Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Luth berkata, "Hai kaumku, inilah putri-putri (negeri) ku mereka lebih suci bagimu, maka bertaqwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama) ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?" (Hud - 11:78)
----
ﺇِﻧَّﺎٓ ﺃَﻧﺸَﺄْﻧَٰﻬُﻦَّ ﺇِﻧﺸَﺎٓءً

Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, (Al-Waqi'ah - 56:35)
----

----
Freelance writter, public servant, thinker-teacher-dreamer
Want to make a donation?
BCA: 8600432053
BRI: 4542-01-018801-53-3
Mandiri: 159-00-0068323-4
Name: Riyan Hidayat Samosir

Tak ada Perasaan Menggebu pada Calon Pasangan

Saya tak ada perasaan yang menggebu-gebu pada calon sah saya, apakah tidak mengapa segera menikah dengannya?
Padahal hari H insyaa Allah semakin dekat.
....
----
Amma ba'du.
Ada dua hal yang mungkin bisa dijadikan perbandingan dalam menjawab hal ini.
1. Disebabkan pacaran maka menikah
2. Disebabkan ta'aruf maka menikah.

Lanjutan....
Jika disebabakan pacaran maka menikah, yang lumrah kita ketahui sepasang insan yang sekian lama pacaran, boncengan, entah ngapain (berbuat apa) saja, sudah lah pasti menciptakan perasaan yang menggebu di dalam hatinya, terlebih jika terbiasa berduaan saja, karena yang ketiga adalah Syaitan sebagai pembisik bagi keduanya.
Maaf, untuk saat ini belum kita jabarkan tentang 'berduaan secara jauh', yang difasilitasi teknologi dan komunikasi tentunya.
----
Belum lagi tabiat kedua atau salah satunya terhadap kehendak orang tua, lantaran nalarnya hanya membenarkan sepihak berdasar apa yang telah digebu-gebukan tadi, tak ada baginya musyawarah dan mufakat untuk berembuk bersama orang tua.
Lebih-lebih menuruti akan hasil dari musyarah kebijakan orang tua, tidak akan pernah bisa diturutinya.
Hal itu karena telah sempatnya ia tercicipi candu Syaitan, dengan perantara cinta, nafs.
----
Adapun yang menikah dengan cara ta'aruf, yang paling lama tahap mengenal masing-masing pribadi selama 3 (tiga) bulan, silakan tanyakan kepada senior-senior, apakah mereka memiliki rasa yang menggebu-gebu pada 'calon' sahnya (sebelumnya)?
Qadarullah, Rabb membuat benteng kepada mereka yang meminta yang menginginkan taat pada-Nya.
Wallahu A'lam.
Meski demikian, tetap saja Syaitan akan sempat-sempatnya mencoba membisik saat iman lemah.
Sehingga mungkin saja sempat terlintas dipikiran si pelaku ta'aruf akan bayang-bayang cumbuan, bayang-bayang pasangan, dan bagi yang dikuatkan (iman) akan segera menepisnya, dan bagi yang dilemahkan (iman) akan meneruskan dan cenderung membiarkan terus terjadi.
----
Berkhusnudzon pada Rabb, karena kuasa mengendalikan hati-hati insan ada pada Rabb.
Mudah-mudahan setelah halal terjadi, maka Rabb titipkan perasaan menggebu-gebu itu.
Selayaknya engkau mencoba menahan lapar dari yang haram, padahal itu mudah untuk didapat.
Dan engkau melahap dengan nikmat apa yang halal, padahal itu sulit untuk didapat, namun engkau bersabar dalam meraihnya.
- 13 Okt 2015 - RHS
BCA: 8600432053
BRI: 4542-01-018801-53-3
Mandiri: 159-00-0068323-4
Name: Riyan Hidayat Samosir

Tuesday 13 October 2015

Status Jin dalam Alam Dunia

Apakah Jin juga Mendapat Peringatan (Kitab)? - Status Jin dalam Alam Dunia
----
Dalam riwayat hidup insan (manusia), sejak Nabi Adam, sudah ada peringatan akan keberadaan Rabb, hanya saja berbeda-beda cara memberi peringatannya. Ada berupa mukjizat yang membelalakkan mata, ada pula berupa firman (kalimat Tuhan) yang dibukukan (dari firman, ditulis kembali, bukan langsung jadi kitab).
----
Pada insan (manusia), didapati 25 Nabi (dan atau Rasul, diluar dari yang banyak tak tercatat secara pasti namanya) yang memberi peringatan, lantas, apakah dalam bangsa Jin juga ada Nabi?

Insan adalah ciptaan yang primer dalam kehidupan dunia, sedangkan Jin boleh dikatakan sebagai sekunder. Lagi pula, Jin mampu melihat ke alam dunia insan, dan tak berlaku kebalikan (insan melihat ke alam Jin), maka sudah cukup peringatan pada insan sebagai peringatan bangsa Jin juga.
Meski begitu, Jin memiliki riwayat hidup yang lebih lama dari insan, yang bahkan nenekmoyangnya hadir dalam penciptaan insan pertama, dengan atau tanpa peringatan, mereka memiliki pengetahuan dasar tentang itu (tentang siapa Rabb semesta alam).
----
Aduhai, mungkin insan yang primer diantara pria/lelaki dan wanita/perempuan adalah lelaki, dengan dijanjikan Bidadari bagi mereka yang beriman dan bertaqwa.
Sedang wanita, istilah emansipasi wanita tak akan membuat wanita jadi insan primer.
Selalu wanita yang harus mengalah saat si suami berkehendak.
Selalu wanita yang banyak menderita dan memendam sakitnya.
Selalu wanita yang belajar dan berlatih untuk berbesar hati menerima keadaan.
Terima kasih telah menjadi wanita yang menerima hakikatnya.
Terima kasih telah menjadi lelaki yang baik untuk wanitanya.
Wallahu A'lam.
----
ﻭَﺇِﺫْ ﺻَﺮَﻓْﻨَﺎٓ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﻧَﻔَﺮًا ﻣِّﻦَ ٱﻟْﺠِﻦِّ ﻳَﺴْﺘَﻤِﻌُﻮﻥَ ٱﻟْﻘُﺮْءَاﻥَ ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﺣَﻀَﺮُﻭﻩُ ﻗَﺎﻟُﻮٓا۟ ﺃَﻧﺼِﺘُﻮا۟ ۖ ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﻗُﻀِﻰَ ﻭَﻟَّﻮْا۟ ﺇِﻟَﻰٰ ﻗَﻮْﻣِﻬِﻢ ﻣُّﻨﺬِﺭِﻳﻦَ

Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al-Qur'an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata, "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)". Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. (Al-Ahqaf - 46:29)

----
Freelance writter, public servant, thinker-teacher-dreamer
Want to make a donation?
BCA: 8600432053
BRI: 4542-01-018801-53-3
Mandiri: 159-00-0068323-4
Name: Riyan Hidayat Samosir

Bahagia Dunia Tidak Mesti Berbanding Lurus dengan Bahagia Akhirat

Kebahagiaan di Alam Dunia dan Derita di Alam Dunia; dan Tidak-Adanya Korelasi dengan Kebahagiaan dan Derita di Alam Akhirat
----
Kejadian-kejadian dalam hidup kita, kita sendiri yang mengendalikan, meski ada pula yang tak kuasa kita untuk mengendalikannya.
Jika ingin bahagia; menikmati gelak tawa dan canda selalu; teman-teman yang cenderung pada kenikmatan dunia dan hiburan; kehidupan berfoya-foya; musik yang menyenangkan sesaat; obat yang menenangkan sesaat serasa di surga, kita sendiri yang mengendalikan melangkah tuk meraih itu semua.
Terkumpul dalam database logika, bahwa 'kehidupan itu harusnya selalu menyenangkan, soal akhirat itu urusan nanti, urusan ke 99999...'.
----
Meski demikian, bukan berarti saat diri merasa tidak bahagia, selalu menjadi objek tersakiti dan terdzolimi, maka dengan mudah beranggapan bahwa 'inilah kehidupan dunia, tak apa menderita, asalkan akhirat bahagia', namun jika tak diiringi dengan usaha untuk mengikuti nasihat baik dan mendekatkan diri pada Rabb, lantas kah Rabb memberi semau sekehendak kita?
----
Selayaknya kita ingin mendapat IP tinggi, namun tidak mau berusaha mengikuti aturan yang berlaku (misal bayar administrasi, aturan cara berpakaian) serta belajar dengan sungguh-sungguh, tidak lah nilai tinggi turun dari langit begitu saja.
Atau ingin mendapat penghasilan sekian-sekian namun malas-malasan, suka menjahili orang sekitar atau yang baginya lebih lemah darinya, cenderung kepada mempersulit orang.
----
Jika dalam hukum dunia dikenal dengan 'syarat dan ketentuan' atau 'aturan' agar seseorang bisa mencapai pencapaian yang ia dambakan, maka dalam pencapaian di akhirat juga dikenal dengan 'taqwa', yang cara menemukannya berasal dari patuhnya 'nasihat baik'.
Tak ada suatu nasihat baik yang ingin menjerumuskanmu ke akhir yang buruk.
Hanya saja yang ada ialah salah sangka bahwa bujukan Syaitan dikira sebagai nasihat baik.
Sudah jelas nasihat baik adalah tidak adanya bau-bau nafsu di dalamnya, cenderung mengajak kepada sabar pada dunia.
Dan jika ada dirasa bau-bau nafsu, berhati-hatilah akan bujukan Syaitan yang mencoba menyamarkan sebagai nasihat baik (baik/menyenangkan di alam dunia).
----
 ﻣَﺘَٰﻊُ ٱﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻗَﻠِﻴﻞٌ ﻭَٱﻻْءَﺧِﺮَﺓُ ﺧَﻴْﺮٌ ﻟِّﻤَﻦِ ٱﺗَّﻘَﻰٰ ﻭَﻻَ ﺗُﻆْﻠَﻤُﻮﻥَ ﻓَﺘِﻴﻼً

Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertaqwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikit pun. (An-Nisa' - 4:77)

----
Freelance writter, public servant, thinker-teacher-dreamer
Want to make a donation?
BCA: 8600432053
BRI: 4542-01-018801-53-3
Mandiri: 159-00-0068323-4
Name: Riyan Hidayat Samosir

Ujian Cinta, Pantaskah Disandarkan 'Dari Manusia untuk Manusia'?

Ujian Cinta, Pantaskah Disandarkan 'Dari Manusia untuk Manusia'?
Selama ini, ujian akan kecintaan hamba pada Rabb sudah sering kita ketahui melalui cerita Ibrahim, yang dalam mimpi mendapat perintah untuk menyembelih anaknya, Ismail.
----
Bagaimana bisa seorang yang sifatnya seperti Ibrahim mampu menguji seorang?
Namun dalam hubungan cinta, tak jarang dijumpai adanya ujian untuk mengetes kadar cinta pasangannya.
Sejauh ini, ujian akan cinta/patuh/taat tersebut hanya pantas disandarkan pada Rabb, yakni dari Rabb untuk manusia.
Bukan dari manusia untuk manusia.
----
Memangnya yakin bahwa seorang manusia yang menguji manusia lain tersebut pasti tidak bisa salah sehingga dengan mudahnya menguji seseorang?
Bagaimana jika ternyata kesalah-khilafan justru berasal dari si pemberi tes/ujian tersebut?
Terlebih ini kepada orang yang dicintai/akan dicintai, loh.
----
Sebuah contoh masalah:
Q1: Kamu yakin kamu cinta padaku? Kalau kamu cinta padaku, coba beri aku ini atau itu!
Q2: Kamu yakin kamu suka padaku? Kamu harus lakuin apa yang kumau sebagai buktimu!
Q3: Dan seterusnya....
----
Ujian cinta/ketaatan yang lebih cenderung kepada materi dan perihal duniawi, sudah pasti dapat Anda simpulkan sendiri maksudnya.
Adapun jika Anda bertanya, "Bagaimana jika ujiannya berupa perihal yang bukan berbau materi/duniawi?".
Saya bertanya kembali, "Sejauh mana Anda bisa membedakan yang mana perihal duniawi dan perihal non duniawi?".
Anda mampu mengetahuinya.
----
ﺇِﻥَّ ﺇِﺑْﺮَٰﻫِﻴﻢَ ﻟَﺤَﻠِﻴﻢٌ ﺃَﻭَّٰﻩٌ ﻣُّﻨِﻴﺐٌ

Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi pengiba dan suka kembali kepada Allah. (Hud - 11:75)

----
ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﺑَﻠَﻎَ ﻣَﻌَﻪُ ٱﻟﺴَّﻌْﻰَ ﻗَﺎﻝَ ﻳَٰﺒُﻨَﻰَّ ﺇِﻧِّﻰٓ ﺃَﺭَﻯٰ ﻓِﻰ ٱﻟْﻤَﻨَﺎﻡِ ﺃَﻧِّﻰٓ ﺃَﺫْﺑَﺤُﻚَ ﻓَﭑﻧﻆُﺮْ ﻣَﺎﺫَا ﺗَﺮَﻯٰ ۚ ﻗَﺎﻝَ ﻳَٰٓﺄَﺑَﺖِ ٱﻓْﻌَﻞْ ﻣَﺎ ﺗُﺆْﻣَﺮُ ۖ ﺳَﺘَﺠِﺪُﻧِﻰٓ ﺇِﻥ ﺷَﺎٓءَ ٱﻟﻠَّﻪُ ﻣِﻦَ ٱﻟﺼَّٰﺒِﺮِﻳﻦَ

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab, "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (As-Saffat - 37:102)

----
Freelance writter, public servant, thinker-teacher-dreamer
Want to make a donation?
BCA: 8600432053
BRI: 4542-01-018801-53-3
Mandiri: 159-00-0068323-4
Name: Riyan Hidayat Samosir

Kecenderungan Orang Tua dan Kecenderungan Anak

Seorang orang tua cenderung memanjakan anaknya yang semata wayang (tanpa saudara) atau hanya sepasang (1 laki, 1 perempuan).
Lebih-lebih jika anak tersebut cantik atau enak dipandang, pandai (optional), tak suka membuat marah/onar (optional).
Sehingga akan didapati seorang anak yang tidak bisa memasak; cuciannya sendiri masih dicucikan; makanannya senantiasa disajikan dan diingatkan jika belum makan; bangun harus dibangunkan, membuat suatu ikatan tersendiri dari orang tua, yakni tak bisa/tak mau jauh dari si anak.
----
Namun kehidupan dewasa sangatlah berbeda dengan kehidupan anak-anak.
Si anak yang tadinya hanya bisa ngikut, sekarang si anak punya pilihan sendiri, yang tidak menutup kemungkinan memiliki kehendak yang sangat berbeda dari kehendak orang tua.
Ada yang berontak hingga mendurhaka; ada yang mencoba membujuk dan terus membuat cara agar dia tak mendurhaka atas kehendaknya.
----
Kesalahan dan pertentangan kehendak akan selalu ada.
Bahkan kepada anak sendiri.
Sikapi dan hati-hati.
----
Freelance writter, public servant, thinker-teacher-dreamer
Want to make a donation?
BCA: 8600432053
BRI: 4542-01-018801-53-3
Mandiri: 159-00-0068323-4
Name: Riyan Hidayat Samosir

Perbedaan Shahih, Sunan, Musnad

Kenapa pada Penamaan Kitab Hadits ada yang Shahih ada yang Sunan ada yang Musnad?

Pertama-tama mari kita ketahui kumpulan kitab hadits:
1. Shahih Bukhari disusun oleh Imam Bukhari
2. Shahih Muslim disusun oleh Imam Muslim
3. Sunan an-Nasa'i atau disebut juga As-Sunan As-Sughra disusun oleh Imam Nasa'i
4. Sunan Abu Dawud disusun oleh Imam Abu Dawud
5. Sunan at-Tirmidzi disusun oleh Imam Tirmidzi
6. Sunan ibnu Majah disusun oleh Imam Ibnu Majah
7. Sunan Ad Darimi disusun oleh Imam Ad Darimi
8. Muwatha' disusun oleh Imam Malik
9. Musnad Imam Ahmad disusun oleh Imam Ahmad
----
Penjelasan
1. Pada Musnad, pasal-pasalnya tidak berurutan seperti kitab Fiqih.
Misalnya pasal Thaharah/Thoharoh lebih dahulu, selanjutnya pasal Sholat, Zakat, Haji.
Kemudian dilanjutkan pasal Mu’amalat seperti jual beli dan lain-lain.
Diteruskan dengan pasal Munakahat atau yang berhubungan dengan pernikahan; perceraian; fasakh nikah; ruju’ dan sebagainya.
Kemudian masuk bab Jinayat atau pelanggaran undang-undang dan masing-masing hukuman yang wajib diberikan terkait dengan pelangaran-pelanggaran tersebut.
Lalu disambung dengan bab-bab Fiqih yang lainnya hingga selesai.
----
2. Pada Sunan dan Shahih ialah kitab hadits yang bab-babnya diurutkan menurut urutan pasal-pasal yang berhubungan dengan Fiqih, seperti bab Thoharoh lebih dulu, kemudian Mu’amalat, Munakahat, Jinayat dan sampai akhirnya menurut rangkaian urutan persoalan-persoalan Fiqih.
----
3. Pada Shahih, hampir sama dengan Sunan yang daftar isi kitabnya tersusun berurutan dimulai dari bab Thaharah (bersuci) dan seterusnya.
Shahih Bukhari bersama dengan kitab Shahih Muslim disebut sebagai ash- Shahihain ('Dua Kitab Shahih' rujukan utama hadits) sehingga sering kita dengar pada suatu hadits disandarkan pada perawi (periwayat hadits) "Muttafaqun 'alaih" ('kesepakatan' dua ahli hadits) artinya hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Adapun yang lebih dahulu menyusun kitab shahih hadits adalah Imam Al-Bukhari barulah kemudian Imam Muslim, hal ini dapat dilihat dari riwayat hidup beliau.
Kitab shahih milik keduanya merupakan kitab yang disepakati oleh ahlussunnah sebagai kitab yang paling shahih setelah Al-Qur'an. Shahih Al Bukhari ditetapkan lebih shahih dan lebih banyak faidahnya diatas Shahih Muslim karena hadits-hadits dalam shahih Al-Bukhari lebih muttashil sanadnya dan lebih terpercaya (tsiqah) perawinya (rijal). Dalam shahih al-Bukhari terdapat pengambilan hukum (istinbat) Fiqih dan kumpulan-kumpulan hukum yang tidak ada dalam Shahih Muslim.
----
Tembahan
4. Perlu diketahui, Kedudukan Al-Muwaththa' di dalam ilmu hadits, tingkatnya diatas dari Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim. Bahkan Imam asy-Syafi'i berkata : "Kitab yang paling shahih setelah al-Qur'an adalah Muwaththa' Imam Malik."
Hal ini boleh jadi karena beliau memiliki riwayat hidup yang lebih dahulu dari kedua imam Muttafaqun 'alaih di atas.
Dalam menyusun kitab Muwaththa'-nya, Imam Malik tidak memberikan nomor. Dikemudian hari beberapa pihak menambahkan nomor pada kitab al-Muwaththa' untuk memudahkan perujukan hadits.
----
Catatan:
Pada tulisan ini penulis tidak mencantumkan tahun kelahiran dan nasab (garis keturunan, bin) para perawi demi menyingkat pembahasan. Silakan pelajari sendiri jika ingin mengenal lebih dalam.
Jika terjadi kesalahan dalam penulisan dan penjelasan, mohon diluruskan.
Allahu A'lam.
----
Freelance writter, public servant, thinker-teacher-dreamer
Want to make a donation?
BCA: 8600432053
BRI: 4542-01-018801-53-3
Mandiri: 159-00-0068323-4
Name: Riyan Hidayat Samosir

Mempelajari Hukum Kestabilan Sebab-Akibat

Mempelajari Hukum Kestabilan Sebab-Akibat (Bagian - 1)
Berbeda-beda bagi setiap pribadi dalam menggolongkan sesuatu hal ke dalam perbendaharaannya.
Dalam hal ini, penulis lebih cenderung menggolongkan poin-poin yang akan dibahas sebagai hukum [kestabilan] sebab-akibat, bukan hukum karma. (Tidak perlu dijelaskan, yang mengerti akan mengetahui maksudnya)
----
1. Kehidupan - Kematian
Alangkah baiknya demi kemudahan mencerna bahasan ini dimulai dengan poin yang sudah dianggap biasa dan memang kita tak bisa menghindar dari poin ini, yakni kehidupan dan kematian.
Dalam teori kestabilan atau keseimbangan, akan dikatakan stabil jika dari 2 titik, titik berat (misalnya), pada 1 titik dan 1 titik lainnya menunjukkan nilai yang sama, bisa 0-0; 1-1; 2-2, dan seterusnya....
----
Sedang dalam hal lain, contohnya kehidupan di alam dunia, Bumi, akan dikatakan stabil jika terjadi kehidupan (kelahiran) serta terjadi pula kematian.
Bayangkan jika kehidupan beberapa ribu tahun silam, tahun sebelum Masehi, manusianya masih hidup hingga sekarang, kelahiran terus terjadi sedangkan kematian tidak ada, mungkin bahkan samudera akan penuh dengan manusia (karena daratan sudah sangat penuh).
----
2. Puja/Pujian - Caci/Hinaan
Bukan berarti saat seseorang menghina seseorang maka ia akan dihina pula, dan saat seorang memuji akan dipuji pula. Boleh jadi ia atau si korban mati lebih dulu, sehingga hilang sudah hukum balas-membalas tadi.
Dalam hal ini, seorang atau sesuatu yang memiliki kemungkinan untuk dipuji, juga akan serta memiliki kemungkinan untuk dicaci.
Hal tersebut bahkan bukan hanya terjadi bagi benda yang nampak secara fisik, melainkan Dzat Rabb pun ada saja yang menghujat. Itulah salah satu kehebatan logika manusia, yang mana si pelaku hanya beriman kepada yang nampak, dan yang tak nampak dianggap tidak ada.
Na'udzubillah min dzalik....

Mempelajari Hukum Kestabilan Sebab-Akibat (Bagian - 2)
3. Tingginya Derajat/Martabat - Rendahnya Derajat/Martabat
Seorang yang lantaran merasa memiliki derajat/martabat yang tinggi, sehingga ia sadar atau tanpa sadar pernah membuat luka hati orang yang dianggapnya lebih rendah darinya, boleh jadi akan merasakan perendahan serupa. Jika tidak dirinya sendiri, bisa melalui anaknya atau sanak keluarga terdekat (sangat dekat) sehingga ia pun akan merasa rendah pula karenanya.
----
4. Pendidikan/Pengetahuan Tinggi - Pendidikan/Pengetahuan Rendah
Sama halnya dengan derajat/martabat, lantaran merasa memiliki pendidikan yang tinggi, sehingga sengaja atau tidak telah membuat yang kurang beruntung darinya (dari segi pendidikan) merasa minder, rendah diri. Maka boleh jadi suatu hari keturunannya tidak lebih baik darinya.
Segala hal tersebut adalah hukum kesabilan sebab-akibat.
----
Anas ia berkata, "Al Adhba (nama unta Rasulullah) tidak pernah terkalahkan saat lari. Lalu datanglah seorang Arab Baduai dengan hewan tunggangannya.
Unta Nabi dapat mengalahkan unta Arab Badui itu, namun kemudian unta Arab Badui itu ganti mengalahkannya.
Sehingga hal tersebut menjadikan hati para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam merasa tidak nyaman, beliau lalu bersabda: "Sudah menjadi hak bagi Allah, bahwasanya tidaklah Ia meninggikan sesuatu di dunia ini kecuali Ia akan merendahkannya kembali."
----
Bersabarlah! Ketetapan telah kering dalam tulisan. Bukan salah orang terdahulu dari orang yang berjasa menghadirkan kita kedunia. Hal ini demi kestabilan sebab-akibat.
Sedikit bekal kutipan, "Aku tidak pedulikan atas keadaan susah atau senangku, karena aku tidak tahu manakah diantara keduanya yang lebih baik untukku".
Wallahu A'lam....
----
Freelance writter, public servant, thinker-teacher-dreamer
Want to make a donation?
BCA: 8600432053
BRI: 4542-01-018801-53-3
Mandiri: 159-00-0068323-4
Name: Riyan Hidayat Samosir

Mencintainya karena Rabb, atau Mencintainya karena Dibujuk Syaitan?

Aku Mencintaimu Karena Rabb
Mencintainya karena Rabb, atau Mencintainya karena Dibujuk Syaitan?
----
Cinta itu fitrahnya (kecenderungan) manusia.
Seperti yang sudah ada, kita diberi paket dalam menjalani hidup:
A. Adanya otak atau akal untuk berpikir (terutama mencari cara/menentukan agar diri sendiri dijadikan prioritas mendapat yang menyenangkan/yang baik bagi diri).
B. Lidah untuk merasakan yang enak (hayo siapa yang mengajarkan bahwa suatu itu enak dan suatu itu tidak enak untuk diri sendiri?).
C. Hidung untuk mencium (siapa juga yang mengajarkan bahwa yang mana yang baunya menyenangkan dan yang perlu ditinggalkan/dijauhi?).
D. Cinta untuk merasakan kedamaian jiwa (siapa juga yang mengajarkan jika cinta terbalas itu menyenangkan dan kalau tak terbalas maka tak menyenangkan?).
----
Meski demikian, manipulasi pada poin-poin tersebut bisa juga terjadi.
Contohnya, jika seseorang dalam keadaan sakit, yang tadinya enak dilidahnya, berubah menjadi pahit/tidak enak.
Begitu pula cinta.
"Aku mencintamu karena Rabb", kata ungkapan kita yang jahil, pada seseorang yang padahal belum halal bagi kita, yang telah berhasil membuat candu pada diri kita.
Jika tidak candu, kau tidak akan sempat berkata demikian, percayalah!
----
Masih ingat kan dengan janji Syaitan yang seumur hidup mereka akan senantiasa membujuk kita, anak Adam, membujuk agar kiranya menjadi bagian dari golongan mereka?
Padahal yang mulanya ungkapan itu (judul, topik) sepantasnya diungkapkan oleh pasangan suami-istri, menjadi mudah saja terlontar bagi kita yang masih jahil dan masih separo dalam taqwa.
Bagi yang terlanjur dan sedang terkena penyakit yang satu ini, mudah-mudahan dimudahkan untuk bisa segera menjadikan penyakit itu sendiri sebagai obatnya. (Sakit cinta, obatnya menikah)
----
Freelance writter, public servant, thinker-teacher-dreamer
Want to make a donation?
BCA: 8600432053
BRI: 4542-01-018801-53-3
Mandiri: 159-00-0068323-4 
Name: Riyan Hidayat Samosir

Akan Menikah - Bab Hunian

Akan Menikah - Bab Hunian
Pemikiran yang mungkin terlintas dari pihak orang tua lelaki; orang tua perempuan; lelaki; perempuan.
----7
Kemungkinan-kemungkinan yang sebelumnya belum pernah terpikirkan oleh kita, bisa menjadi sebuah kejutan yang membawa kebaikan. Namun bisa pula menjadi sebuah kejutan yang membuat jantungan.
Baik, berikut hal-hal yang mungkin dipikirkan oleh keempat pihak tersebut:
----6
1. Pihak orang tua lelaki
Sebagai orang tua, tentu tak ingin anaknya yang setelah akhirnya memiliki keluarga baru, berpisah antara si orang tua dan si anak, mendapat kehidupan tak layak.
Tentu tak ada orang tua yang suka melihat anaknya menderita.
Maka orang tua akan sebisa mungkin meringankan beban anaknya dalam hal mencari tempat berlindung kala hujan; panas; berangin; privasi dan berkehidupan layak, yakni dengan memberikan kesempatan anak untuk tetap tinggal bersama atau membantu menambah sedikit biaya untuk memiliki atau menyewa hunian jika dirasa si anak masih belum mampu menanggung sendiri.
Hal ini akan diabaikan jika ternyata si anak mampu.
----5
2. Pihak orang tua perempuan
Sama hal dengan dengan pemikian orang tua lelaki, bahkan ada pula justru malah dengan senang hati memberikan hunian gratis untuk si anak dan pasangan tinggal.
----4
3. Pihak lelaki
Sebagai seorang lelaki, gengsi rasanya jika tak memiliki hunian, sedang dirinya berani mempersunting anak perempuan orang.
Atau ada pula yang setelah keduabelah pihak (lelaki dan perempuan) berunding, mereka menyepakati untuk hidup dimulai dari susah, menyewa hunian lantaran belum cukupnya dana untuk membeli.
Atau melalui cara KPR (Kredit Pemilikan Rumah) bagi yang memiliki dana namun tak belum mencukupi untuk membeli lunas. Di sini, penulis tidak membahas masalah hukum kredit atau hutang tersebut, karena masing-masing orang memiliki kebutuhan, gaya hidup dan pengetahuan yang berbeda-beda, ya.
----3
4. Pihak wanita
Sebagai seorang wanita, sikap untuk 'tidak mempersulit pasangan', suami, adalah dijadikan hal yang paling utama.
Istri mana yang tega membuat pasangannya tersiksa karena kemauannya yang padahal diluar kemampuan suami?
Karena pada hakikatnya ia pun bisa saja memiliki kemampuan yang terbatas atas kehendak suami, ya.
----2
Hal yang mengejutkan bagi pihak lelaki, yang tadinya gengsi untuk menyusahkan pihak wanita, justru bisa menjadi kejutan yang membawa kebaikan jika mengetahui kemungkinan yang ada pada poin 2 dan 4.
Namun, diluar dugaan, saat bertemu dengan seorang yang hanya mementingkan sepihak, bisa saja justru malah menguji pihak lelaki dengan permintaan ini dan itu yang padahal diluar kemampuannya (pihak lelaki).
----1
Hanya ingin mengingatkan, bahwa kebaikan tak mengenal gengsi; kebaikan tak akan menyusahakan/memberatkan sepihak; dan kebaikan tak akan bertentangan dengan tindakan yang dilarang oleh firman-Nya, meski kadang bertentangan dengan sosial/tetangga atau hukum manusia (Apa kata tetangga? Apa kata dunia?).
----
Freelance writter, public servant, thinker-teacher-dreamer
Want to make a donation?
BCA: 8600432053
BRI: 4542-01-018801-53-3
Mandiri: 159-00-0068323-4
Name: Riyan Hidayat Samosir

Singgasana-Nya dan Singgasana Insan-Nya

Singgasana-Nya dan Singgasana Insan-Nya
Maha Raja dan Raja
----
ﺑِﺴْﻢِ ٱﻟﻠَّﻪِ ٱﻟﺮَّﺣْﻤَٰﻦِ ٱﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ
Pembahasan kali ini berat juga.
Penulisan kata : الْعَرْشِ
Sebagian terjemah ada yang menyebut kata aslinya, 'Arsy, ada pula dengan sebutan Arasy, keduanya sama-sama menjelaskan maksud dari "Singgasana".
Apakah 'Arsy hanya berhak atas Rabb?
----
Sebelum menuju ke pembahasan 'Arsy, tentu kita mengetahui akan adanya Malik ( الْمَلِكُ ) dan Wali/Wakil ( ﻭَﻟِﻴًّﺎ ) ( ﻭَﻛِﻴﻼً ), ya?
----
Adapun wali dari orang kafir adalah Syaitan.
Adapun pula kepala pemerintahan dari suatu negara adalah Raja.
Dari dua contoh di atas, keduanya memiliki makna yang dapat diserap untuk makhluk-Nya.
Dan sedangkan sebaik-baik wali adalah Rabb.
Dan sedangkan pula Yang Maha Raja adalah Rabb semesta alam.
----
[Al-Muminoon : 116]

(Maka Maha Tinggi Allah) dari main-main dan hal-hal lainnya yang tidak layak bagi kebesaran-Nya(Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Rabb Yang mempunyai Arasy yang mulia)yakni Al-Kursi atau singgasana bagi raja.
----
Jawabannya sekarang sudah mulai bisa dimengerti, ya?!
'Arsy ternyata adalah penyebutan singgasana yang bisa disandarkan kepada insan, untuk seorang Raja.
Dan singgasana Rabb, 'Arsy Rabb, tentu Maha dari singgasana seorang Raja, yang berada di atas air.
Subhanallah....
Ternyata air itu masa penciptaan dan kedudukannya dekat dan lama dengan lingkungan Maha Hidup Rabb.
Dan tentu 'Arsy Rabb jauh lebih megah lagi luas dari 'Arsy insan, ya.
----
[Hud : 7]

(Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari) yang permulaannya adalah hari Ahad dan berakhir pada hari Jumat (dan adalah Arasy-Nya) sebelum diciptakan langit dan bumi (di atas air) yaitu berada di atas angin (agar Dia menguji kalian) lafal liyabluwakum berta'alluq kepada lafal khalaqa artinya, Allah menciptakan langit dan bumi beserta isinya yaitu berupa manfaat-manfaat dan maslahat-maslahat bagi kalian untuk menguji kalian (siapakah di antara kalian yang lebih baik amalnya) artinya yang lebih taat kepada Allah (dan jika kamu berkata) hai Muhammad, kepada penduduk Mekah ("Sesungguhnya kalian akan dibangkitkan sesudah mati," niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata, "Tiada lain) tidak lain (ini) yakni Alquran yang menceritakan adanya hari berbangkit seperti yang telah engkau katakan itu (hanyalah sihir yang nyata") sihir yang jelas. Menurut qiraat dibaca saahirun bukannya sihrun; sedangkan yang diisyaratkan oleh musyar ilaih adalah Nabi Muhammad saw. bukannya Alquran.
----
Jadi, ada yang lebih besar dari yang Maha Besar?
Pertanyaan berikut memiliki 2 jawaban:
1. Jika kau bertanya akan kebesaran kekuasaan, tentu tidak ada yang lebih besar dari kuasa Rabb semesta alam.
2. Jika kau bertanya akan kebesaran suatu tempat, suatu singgasana, tentu singgasana Rabb haruslah besar untuk menampung dan menjadi Kursi Rabb.
Wallahu A'lam.....
----
[Yusuf : 100]

(Dan ia menaikkan kedua ibu-bapaknya) yakni Yusuf mendudukkan kedua orang tuanya sejajar dengannya (ke atas singgasananya.) tempat duduknya (Dan mereka merebahkan diri) yakni kedua orang tuanya dan semua saudara-saudaranya (kepada Yusuf seraya bersujud) yang dimaksud adalah sujud dengan membungkukkan badan bukannya sujud dalam arti kata meletakkan kening; cara itu merupakan penghormatan yang berlaku pada zamannya. (Dan berkata Yusuf,"Wahai ayahku! Inilah takwil mimpiku yang dahulu itu, sesungguhnya Rabbku telah menjadikannya suatu kenyataan. Dan sesungguhnya Rabbku telah berbuat baik kepadaku) terhadap diriku (ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara) Nabi Yusuf tidak menyinggung masalah sumur, hal ini sengaja ia lakukan demi menghormati saudara-saudaranya supaya mereka tidak malu (dan ketika membawa kalian dari dusun padang pasir) dari kampung padang pasir (setelah dirusak) dikacaukan (oleh setan hubungan antara aku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Rabbku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui) tentang makhluk-Nya (lagi Maha Bijaksana.") di dalam pekerjaan-Nya. Kemudian ayah Nabi Yusuf (Yakub) bermukim bersama Yusuf selama dua puluh empat tahun atau tujuh belas tahun. Disebutkan bahwa masa perpisahan mereka delapan belas tahun lamanya atau empat puluh tahun atau delapan puluh tahun. Kemudian Nabi Yakub menjelang ajalnya, sebelum itu ia berwasiat kepada Nabi Yusuf supaya ia dikebumikan di dekat ayahnya, yaitu Nabi Ishak. Lalu Nabi Yusuf membawa jenazah ayahnya ke tempat yang diisyaratkannya dalam wasiat dan mengebumikannya di tempat tersebut. Setelah itu Nabi Yusuf kembali ke Mesir dan ia tinggal di negeri itu sesudah Nabi Yakub meninggal dunia selama dua puluh tiga tahun. Ketika urusannya telah sempurna kemudian ia mengetahui bahwa dirinya tidak akan abadi dalam keadaan demikian lalu hatinya menginginkan agar ia hijrah ke kerajaan yang abadi, yakni akhirat. Untuk itu berkata seraya berdoa:

 [Yusuf : 101]

(Ya Rabbku! Sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian takbir mimpi) takwil-takwil mimpi (Ya Rabb Pencipta)yang menjadikan (langit dan bumi! Engkaulah Pelindungku) yang mengatur kebaikanku (di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan kumpulkanlah aku dengan orang-orang yang saleh) di antara bapak moyangku. Maka setelah ia berdoa, ia hidup hanya seminggu atau lebih dari seminggu. Kemudian ia wafat, pada saat itu usianya telah mencapai seratus dua puluh tahun. Lalu semua orang Mesir mengiringkan jenazahnya sampai ke tempat kuburannya; mereka meletakkan jenazah Nabi Yusuf di dalam sebuah tabelah yang terbuat dari marmer, dan mereka mengebumikannya di tempat yang terletak di antara kedua tepi sungai Nil, dimaksud supaya keberkahan terlimpahkan kepada kedua tepi sungai Nil. Maha Suci Allah yang tiada akhir bagi kerajaan-Nya.
----
Palangka Raya, 10 Oktober 2015 - RHS
Freelance writter, public servant, thinker-teacher-dreamer
Want to make a donation?
BCA: 8600432053
BRI: 4542-01-018801-53-3
Mandiri: 159-00-0068323-4 
Name: Riyan Hidayat Samosir

Ketakutan Melangkah ke Pernikahan - Kita Bukan Peramal, Kok!!!!

Ketakutan Melangkah ke Pernikahan - Kita Bukan Peramal, Kok!!!!
Psikologi Remaja/Dewasa
----9
Cenderungnya, sebagai insan yang diberi akal pikiran dari Sang Pencipta, banyak dari kita senantiasa mengolah probabilitas (kemungkinan) yang akan terjadi berdasarkan jawaban sendiri; berdasarkan jawaban dari sepihak; berdasarkan ketakutan!
Sehingga ujung-ujungnya, apa?
Nanti, lah.
Pacaran dulu, lah.
Nunggu punya ini, lah, itu, lah.
Nunggu lulus, lah.
Fyuuhhh....
----8
Perlu diketahui, kita bukan peramal yang mengetahui apa yang akan terjadi pada diri dan kehidupan kita nantinya.
Dan adapun ramalan, apa yang ditakutkan yang telah diramalkan adalah suatu yang bukan pasti akan terjadi, tidak pasti itu!
Lebih percaya ramalan dan ketakutan, atau lebih percaya Kuasa Rabb?
Rezeki siapa yang mengatur?
Mati siapa yang mengatur?
Musibah siapa yang mengatur?
Bukan kita, kan?
Meski perantaranya melalui skenario yang dilakoni oleh manusia atau alam dan hewan/tumbuhan, tetap semua itu atas Kehendak dan Kuasa-Nya, kan?
----7
Dalam kehidupan, ada hal yang dengan belajar maka kita bisa melaluinya, adapula dengan melaluinya, kita menjadi mendapat pelajaran.
Melahirkan anak pertama; membesarkan anak pertama; bekerja hari pertama; suatu musibah atau keadaan yang membuat kita mau-tak mau harus melaluinya tanpa persiapan, ada beberapa hal kita lalui tanpa mempelajarinya (latihan) terlebih lebih dahulu.
----6
Perlu diketahui, saat kita terlalu lama menunggu ini dan menunggu itu, waktu tak akan kasihan dan ikut-ikutan menunggu kita, tidak akan pernah!
Rambut kita kian memutih, kulit kita kian menua, gigi kita mulai keropos (kecuali yang sering menginang, sepertinya akan kuat), tenaga untuk bekerja, tenaga untuk melahirkan, semua akan semakin berkurang dan bahkan bisa saja tak mampu untuk berbuat, jika Rabb menghendaki mencabut kuasa atau tenaga kita, struk misalnya. Matinya sebagian anggota tubuh untuk melakukan gerakan.
----5
Perlu diketahui, lagi, semakin kita membiarkan lama untuk memberanikan diri untuk melangkah ke kehidupan yang boleh dibilang baru, asing, semakin kita memberi peluang agar seseorang mendapat 'tambatan hati sementaranya'.
Ikhlas kah kita?
Bagaimana jika ternyata sudah sampai bertindak ke tahap yang terlalu jauh? Ah sudah lah, yang satu ini saya paling tidak suka membahasnya, takut su'udzon.
Tahu sendiri lah, fitnah zaman, berapa banyak yang taat dari sekian banyak yang ada, bisa dihitung dengan jari, jari saya plus minjam jari Anda sekalian juga ya, kalau dibolehkan, untuk mengitungnya. (Penulis berharap ada banyak yang taat)
----4
Kita sendiri yang mengetahui kadar diri kita.
Jika dirasa sudah cukup, bahkan puasa tak lagi bisa menjadi tameng, atau bahkan terlalu berlebihan sehingga susah mengendalikan nafsu Syaitan, mengapa tidak untuk mencari dan menjalani cara yang halal?
"Ah nanti saya tidak bisa bebas lagi. Nanti saya tidak seperti dulu lagi, banyak yang memuja dan muji dan mendamba kecantikan/ketampanan saya. Ah nunggu saja lah, nunggu yang sempurna, yang banyak harta dan gelar pendidikannya dan gagah perkasa/cantik jelita lagi perjaka/perawan dan sempurna deh pokoknya, sambil pacaran dulu lah menikmati masa muda".
Jangan!
Jangan!
Jangan!!!!
Jangan lah begitu...!
----3
Terlalu rakus akal yang sudah tak sehat itu dalam bernalar.
Sudah lupa terlalu jauh akan hakikatnya diri yang hina, yang di dalam perut membawa benda yang hina, yang akan dibuang nantinya dan kita jijik terhadapnya, dan kehidupan yang sementara ini, namun mendamba kesempurnaan yang tiada habisnya di alam hayalnya.
----2
Tak ada yang langsung pandai dalam berjalan bagi seorang bayi yang baru belajar berjalan.
Tak ada yang langsung fasih dalam berkata bagi seorang bayi yang baru belajar berbicara.
Kita bukan peramal, yang meramalkan kesulitan-kesulitan nantinya yang akan terjadi, yang akan kita hadapi.
Bahkan dengan segala persiapan pun, karena hakikat kehidupan alam dunia adalah ujian, kita akan tetap merasakan jua ujian itu.
Dan bukan kah Rabb tidak akan memberi ujian yang tak sanggup diselesaikan atau dilalui oleh hamba-Nya?
Gunakan istikharah sebagai alat bantu dalam menguatkan hati (pilihan) yang akan kita perbuat, baik itu pilihan karir atau pendidikan, usaha A atau B, perjodohan, dan sebagainya.
----1
Dalam hitungan ketiga dan diiringi Basmallah, rekan-rekan sekalian, yang saya tidak kenal akrab, terkhusus yang saya kenal akrab, yuk melangkah ke arah yang pasti-pasti saja!
Yuk!!!!
Dimulai dari detik ini, ya?!
Mudah-mudahan Rabb akan memudahkan niatan yang baik dengan Kuasa-Nya. (Tak tega membalik agar mempersulit niatan yang buruk, tak tega)
Aamiin....
Palangka Raya, 11 Oktober 2015 - RHS Melangkah ke Pernikahan - Kita Bukan Peramal, Kok!!!!
Psikologi Remaja/Dewasa
----9
Cenderungnya, sebagai insan yang diberi akal pikiran dari Sang Pencipta, banyak dari kita senantiasa mengolah probabilitas (kemungkinan) yang akan terjadi berdasarkan jawaban sendiri; berdasarkan jawaban dari sepihak; berdasarkan ketakutan!
Sehingga ujung-ujungnya, apa?
Nanti, lah.
Pacaran dulu, lah.
Nunggu punya ini, lah, itu, lah.
Nunggu lulus, lah.
Fyuuhhh....
----8
Perlu diketahui, kita bukan peramal yang mengetahui apa yang akan terjadi pada diri dan kehidupan kita nantinya.
Dan adapun ramalan, apa yang ditakutkan yang telah diramalkan adalah suatu yang bukan pasti akan terjadi, tidak pasti itu!
Lebih percaya ramalan dan ketakutan, atau lebih percaya Kuasa Rabb?
Rezeki siapa yang mengatur?
Mati siapa yang mengatur?
Musibah siapa yang mengatur?
Bukan kita, kan?
Meski perantaranya melalui skenario yang dilakoni oleh manusia atau alam dan hewan/tumbuhan, tetap semua itu atas Kehendak dan Kuasa-Nya, kan?
----7
Dalam kehidupan, ada hal yang dengan belajar maka kita bisa melaluinya, adapula dengan melaluinya, kita menjadi mendapat pelajaran.
Melahirkan anak pertama; membesarkan anak pertama; bekerja hari pertama; suatu musibah atau keadaan yang membuat kita mau-tak mau harus melaluinya tanpa persiapan, ada beberapa hal kita lalui tanpa mempelajarinya (latihan) terlebih lebih dahulu.
----6
Perlu diketahui, saat kita terlalu lama menunggu ini dan menunggu itu, waktu tak akan kasihan dan ikut-ikutan menunggu kita, tidak akan pernah!
Rambut kita kian memutih, kulit kita kian menua, gigi kita mulai keropos (kecuali yang sering menginang, sepertinya akan kuat), tenaga untuk bekerja, tenaga untuk melahirkan, semua akan semakin berkurang dan bahkan bisa saja tak mampu untuk berbuat, jika Rabb menghendaki mencabut kuasa atau tenaga kita, struk misalnya. Matinya sebagian anggota tubuh untuk melakukan gerakan.
----5
Perlu diketahui, lagi, semakin kita membiarkan lama untuk memberanikan diri untuk melangkah ke kehidupan yang boleh dibilang baru, asing, semakin kita memberi peluang agar seseorang mendapat 'tambatan hati sementaranya'.
Ikhlas kah kita?
Bagaimana jika ternyata sudah sampai bertindak ke tahap yang terlalu jauh? Ah sudah lah, yang satu ini saya paling tidak suka membahasnya, takut su'udzon.
Tahu sendiri lah, fitnah zaman, berapa banyak yang taat dari sekian banyak yang ada, bisa dihitung dengan jari, jari saya plus minjam jari Anda sekalian juga ya, kalau dibolehkan, untuk mengitungnya. (Penulis berharap ada banyak yang taat)
----4
Kita sendiri yang mengetahui kadar diri kita.
Jika dirasa sudah cukup, bahkan puasa tak lagi bisa menjadi tameng, atau bahkan terlalu berlebihan sehingga susah mengendalikan nafsu Syaitan, mengapa tidak untuk mencari dan menjalani cara yang halal?
"Ah nanti saya tidak bisa bebas lagi. Nanti saya tidak seperti dulu lagi, banyak yang memuja dan muji dan mendamba kecantikan/ketampanan saya. Ah nunggu saja lah, nunggu yang sempurna, yang banyak harta dan gelar pendidikannya dan gagah perkasa/cantik jelita lagi perjaka/perawan dan sempurna deh pokoknya, sambil pacaran dulu lah menikmati masa muda".
Jangan!
Jangan!
Jangan!!!!
Jangan lah begitu...!
----3
Terlalu rakus akal yang sudah tak sehat itu dalam bernalar.
Sudah lupa terlalu jauh akan hakikatnya diri yang hina, yang di dalam perut membawa benda yang hina, yang akan dibuang nantinya dan kita jijik terhadapnya, dan kehidupan yang sementara ini, namun mendamba kesempurnaan yang tiada habisnya di alam hayalnya.
----2
Tak ada yang langsung pandai dalam berjalan bagi seorang bayi yang baru belajar berjalan.
Tak ada yang langsung fasih dalam berkata bagi seorang bayi yang baru belajar berbicara.
Kita bukan peramal, yang meramalkan kesulitan-kesulitan nantinya yang akan terjadi, yang akan kita hadapi.
Bahkan dengan segala persiapan pun, karena hakikat kehidupan alam dunia adalah ujian, kita akan tetap merasakan jua ujian itu.
Dan bukan kah Rabb tidak akan memberi ujian yang tak sanggup diselesaikan atau dilalui oleh hamba-Nya?
Gunakan istikharah sebagai alat bantu dalam menguatkan hati (pilihan) yang akan kita perbuat, baik itu pilihan karir atau pendidikan, usaha A atau B, perjodohan, dan sebagainya.
----1
Dalam hitungan ketiga dan diiringi Basmallah, rekan-rekan sekalian, yang saya tidak kenal akrab, terkhusus yang saya kenal akrab, yuk melangkah ke arah yang pasti-pasti saja!
Yuk!!!!
Dimulai dari detik ini, ya?!
Mudah-mudahan Rabb akan memudahkan niatan yang baik dengan Kuasa-Nya. (Tak tega membalik agar mempersulit niatan yang buruk, tak tega)
Aamiin....
Palangka Raya, 11 Oktober 2015 - RHS
----
Freelance writter, public servant, thinker-teacher-dreamer
Want to make a donation?
BCA: 8600432053
BRI: 4542-01-018801-53-3
Mandiri: 159-00-0068323-4 
Name: Riyan Hidayat Samosir

Ta'aruf - Dalam Proses Mengenal dan Memaklumi Satu sama Lain

Aa: Ulun terima kekurangan pian. Pian pang (ke ulun)?
Dd: Inggih, ulun terima jua kekurangan pian.
----
Manusia remaja maupun dewasa, tentu tidak langsung remaja/dewasa sejadinya, melainkan berjalan seiring proses pertumbuhan. Dari janin, bayi, balita, anak kecil, remaja, dewasa, tua, hingga [manula] yang lebih halus menggunakan kata 'lansia' (lanjut usia).
----
Dalam proses perjalanan hidupnya, pribadi masing-masing lah yang tau hal-hal apa saja yang telah pernah terjadi.
Dan seperti lumrahnya fitnah akhir zaman sekarang ini, kegiatan yang terlarang bagi yang belum muhrim, berjalan berduaan atau bersosial dengan yang disebut dan sekaligus dibanggakan, p-a-c-a-r, dianggap wajar, lumrah, sah-sah, halal.
Astaghfirullah....
Kita tidak bisa pula menyalahkan, lantaran seseorang itu berlatar belakang pendidikan agama, atau alumni dari negeri seberang yang diakui dunia keilmuannya, atau anak dari seorang tokoh agama.
Wallahu A'lam, hati manusia memiliki celah, dan iman itu bisa turun-naik, ya.
Dan sudah banyak dalil yang mengingatkan bahwa manusia itu tidak ada yang maksum (bebas dari berbuat dosa).
Bahkan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pernah dibedah isi dalam dadanya untuk disucikan sebelum nantinya bisa menerima wahyu dari Rabb-nya.
Wallahu A'lam....
----
Sebelum akad menjadi ikatan yang sakral, sebaiknya saling terbuka akan kekurangan masing-masing, karena hakikatnya kehidupan berpasangan adalah untuk saling menutupi kekurangan.
Bukan saling menyempurnakan dan menunggu sempurna, menunggu sampai kapan? Atau bukan pula membiarkan hingga memanjakan kekurangan sepihak sehingga memberatkan pihak lainnya, bukan!
Alangkah baiknya kiranya masing-masing saling terbuka untuk saling mengenal. Bukan dengan saling berpacaran berbulan-bulan hingga bertahun-tahun untuk saling mengenal, bukan, ya.
----
Dan untuk masa lalu yang menjadi objek tersakiti.
Mohon maaf. Maaf..., sangat sangat maaf....
Bagi yang ikhlas, terima kasih banyak banyak.
Bagi yang belum ikhlas, mohon maaf.
Jika kah sudah dirembukkan baik-baik oleh kedua belah pihak, oleh orang tua/wali masing-masing, kiranya mau untuk mengalah jika memang tidak ada kejelasan.
Musyawarah adanya untuk memutuskan perkara, musyawarah bersama para tetua, bukan dari sepihak antara si anak dan si anak saja, namun juga melibatkan walinya, karena akal si anak bisa kalap/khilaf disebabkan bisikan Syaitan hingga bersarang di dalam dada.
Adapun jika ada kejelasan, maka tidak akan terjadi kesalahpahaman yang berlarut-larut.
Bismillahi tawakkaltu ‘alallah laa hawla wa laa quwwata illa billah (Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-Nya).